Minggu, 29 Desember 2013

sejarah Asyabu rayati Suud

Kelompok umat Islam ini adalah kelompok elit umat Islam. Mereka adalah sekelompok kecil kaum ‘fundamentalis Islam’, di tengah kelompok umat Islam yang telah mulai lalai dari kewajiban berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka adalah ‘muslim-muslim militan’ yang sangat dikhawatirkan oleh AS dan Barat akan mengancam kepentingan mereka. Rasulullah saw menamakan kelompok ini sebagai ath-thaifah al-manshurah, kelompok yang mendapatkan kemenangan. Penamaan ini merupakan sebuah janji kemenangan bagi kelompok ini, baik dalam waktu yang cepat maupun lambat, baik kemenangan materi maupun spiritual.
Di antara hadits-hadits tentang ath-thaifah al-manshurah tersebut adalah sebagai berikut:
Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang meraih kemenangan (karena berada) di atas kebenaran, orang-orang yang menelantarkan mereka tidak akan mampu menimbulkan bahaya kepada mereka, sampai datangnya urusan Allah sementara keadaan mereka tetap seperti itu .”[1]
Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang berperang di atas urusan Allah. Mereka mengalahkan musuh-musuh mereka. Orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya kepada mereka sampai datangnya kiamat, sementara keadaan mereka tetap konsisten seperti itu.”[2]
Ashabu Rayati Suud, Generasi Akhir Thaifah Mansurah yang dijanjikan
Dalam sebuah riwayat tentang Thaifah manshurah disebutkan, Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran. Mereka meraih kemenangan atas orang-orang yang memerangi mereka, sampai akhirnya kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal.”[3]
Riwayat tersebut menjelaskan bahwa di akhir zaman, kelompok Thaifah Manshurah adalah mereka yang bergabung dengan Al-Mahdi untuk memerangi musuh-musuh Islam, dimana Dajjal adalah salah satu yang akan dikalahkan oleh kelompok ini. Parameter kebenaran saat itulah adalah mereka yang bersama Al-Mahdi, sedang mereka yang menolak Al-Mahdi adalah munafik (hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits fitnah duhaima’). Sedangkan kelompok Thaifah Manshurah yang memberikan dukungan kepada Al-Mahdi telah dijelaskan ciri-ciri mereka dalam beberapa riwayat yang kemudian dikenal dengan nama Ashabu Rayati Suud (Pasukan Panji Hitam dari Khurasan).
Benar, membicarakan kemunculan Al-Mahdi tidak bisa terlepas dari membicarakan satu kelompok manusia yang menamakan dirinya sebagai pasukan panji hitam (Ashhabu Rayati Suud / The Black Banner). Kelompok ini memiliki beberapa ciri khusus yang akan lebih memudahkan bagi seseorang untuk mengenalinya. Meskipun demikian, tidak mudah bagi seseorang untuk menjustifikasi kelompok tertentu bahwa mereka adalah Ashhabu Rayati Suud. Sebab ciri-ciri tersebut juga banyak dimiliki oleh banyak manusia dan kelompok, sedang riwayat yang menunjukkan asal keberadaan mereka (Khurasan) merupakan sebuah wilayah luas yang dihuni oleh banyak manusia.
Siapakah sebenarnya Ashahbu Rayati Suud yang kelak menjadi pendukung Al Mahdi ? Benarkah riwayat yang membicarakan kemunculan kelompok ini ?
Ada beberapa riwayat yang menjelaskan keberadaan kelompok ini, di antaranya adalah sebagai berikut
      “Akan keluar sebuah kaum dari arah Timur, mereka akan memudahkan kekuasaan bagi Al Mahdi.”
      “Dari Khurasan akan keluar beberapa bendera hitam, tak sesuatupun bisa menahannya sampai akhirnya bendera-bendera itu ditegakkan di Iliya (Baitul Maqdis).”
    “Akan keluar manusia dari Timur yang akan memudahkan jalan kekuasaan bagi Al Mahdi.”


lbnu Hazm menyatakan bahwa: “Bani Tamim adalah sebuah Qabilah terbesar dalam qabilah arab dengan bilangan kaumnya yang banyak serta rangkaian sukunya yang luas sehingga Bani Tamim dikatakan sebagai tunggak utama bagi bangsa arab keseluruhannya …. Bahkan mereka mula bertebaran keluar dari dunia arab sejak zaman awal Islam melalui penyertaan mereka yang ramai di dalam bala tentera Islam. Banyak yang digerakkan menuju ke kawasan Khurasan dan lain- lain kawasan penerokaan wllayah …. “.
Dari beberapa dalil di atas kita dapat mengetahui bahwa Bani Tamim adalah pembawa panji-panji hitam berada di daerah khurasan. Mari kita kembali pada sejarah agar kita lebih mudah menkaji hal ini.
Nama wilayah ini selama kekhalifahan pada 750 CE. Khurasan adalah bagian dari Persia (dalam kekuningan ). Di sebelah timur adalah Hind (Sind), yang terhubung budaya sebagian besar dengan India (Hindustan).
Nama “Khorasan” berasal dari Persia Tengah khor (berarti “matahari”) dan asan (atau ayan secara harfiah berarti “datang” atau “datang” atau “akan datang”), maka berarti “tanah di mana matahari terbit”.
Khorasan, juga ditulis sebagai Khurasan, adalah suatu daerah yang bersejarah yang berbaring di timur laut Persia yang telah disebutkan dalam berbagai sumber di masa lalu.Khurasan terdiri dari kota-kota Masyhad , Nishapur , Sabzevar dan Kashmar (sekarang di Iran ), Balkh , dan Herat (sekarang di Afghanistan), Merv , Nisa dan Abiward (sekarang di Turkmenistan ), Samarqand dan Bukhara (sekarang di Uzbekistan ). Beberapa percaya bahwa pada waktu tertentu Khorasan menutupi area yang lebih luas, yang termasuk Transoxiana , Soghdiana , Sistan , dan memperluas ke batas-batas India .
Setelah kita mengamati sejarah dan peta yang termasuk wilayah khurasan adalah Iran, Pakistan, afghanistan, Turkmenistan, Uzbekistan dan India. Karena dalam hadits Rasulullah s.a.w mengatakan ”Dari Arah Khurasan”.
Kesimpulannya, bahwa pemimpin Bani Tamim yang membawa jamaah panji-panji hitam berada di antara Iran, Afghanistan, Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan India. Kita juga akan mendapat kesimpulan bahwa panji-panji hitam adalah suatu jamaah yang dipimpin oleh seorang pemimpin/amir yang berketurunan Bani Tamim yang senantiasa menggunakan dakwah sebagai senjata mereka. Mereka senantiasa menawarkan kalimah ”Lailahailallah muhammadurasulullah” kepada setiap orang yang mereka datangi.  [sumber: syiar-muslim]